Kita ketahui
bahwa Indonesia sangat kaya akan ragam hayatinya. Ada banyak bahan makanan yang
dapat diolah menjadi makanan yang lezat untuk disantap. Setiap daerah pasti
memiliki makanan khas mereka. Dengan cita rasa yang berbeda-beda tentunya. Hal
ini sangat menjadi daya tarik bagi wisatawan lokal maupun internasional.
Mungkin bagi
kita yang berada di kawasan pulau jawa hanya mengenal padi sebagai bahan utama
makanan kita. Olahan makanannya pun berkutat pada padi-padian saja. Berbeda
dengan daerah lain yang jarang mengonsumsi beras. Karena memang daerah mereka
subur akan umbi-umbian.
Ada sebagian
masyarakat di Indonesia yang mengonsumsi umbi-umbian. Masyakarat di kepulauan
Tanimbar dan Kei, Provinsi Maluku adalah pemakan umbi-umbian. Namun beranjak
beberapa waktu sekarang, kaum mudanya berpindah atau beralih memakan beras.
Tentu perubahan ini bisa mengganggu kesehatan mereka.
Bacar artikel terkait : Suweg Dapat Menjadi Penyembuh Diabetes
“Masyarakat
Indonesia memiliki DNA mitokondria yang punya kadar basa T16189C dengan nilai
prosentase di atas 30%-40%. Bahkan di daerah Nias memiliki angka 60%, dan
menjadi daerah tertinggi yang memiliki DNA mitokondria,” ujar Herawati Sudoyo,
Ahli Genetika dari Lembaga Biologi Molekuler Eijkman.
“Dari Studi
kami, msyarakat alor punya presentase yang rendah yaitu 10, dan diikuti dari
daerah sumba yaitu 20%. Hasil studi genetika pada populasi Alor, rupanya mereka
memiliki 95% gen Papua. Sebaliknya, pada masyarakat Indonesia lain, gen papua
amat kecil, dibawah 5%. Masyarakat dengan gen papua yang sangat kecil memiliki
DNA mitokondria dengan basa T16189C tinggi,” ujarnya.
Lalu apa
hubungannya dengan diabetes? Yang perlu kita ketahui, bahwa gen tersebut dapat
memicu timbulnya penyakit diabetes mellitus. Dan jika sudah terkena penyakit
ini maka penanganannya akan sulit dan butuh waktu yang panjang.
Herawati dan
tim peneliti dari Lembaga Eijkman meneliti genetika masyarakat di Kepulauan
Kei. Riset yang mereka lakukan terkait asal-usul migrasi dan kerentanan
terhadap penyakit tertentu.
Masalahnya data
yang dimiliki oleh Eijkman mengenai genetika masyarakat di dekat pulau papua
amat terbatas. Karena itu studi genetika yang dilakukan Eijkman di kepulauan
Tanimbar dan kepulauan Kei punya signifikasi tinggi untuk mengisi kekosongan
data tersebut.
“Kami belum
tahu berapa besar persen gen Papua masyarakat Tanimbar dan Kei dan berapa kadar
basa T16189Cnya. Dalam beberapa bulan kedepan hasil tersebut akan ketahuan
setelah kami teliti dilaboratorium.” Kata herawati
Selain
dipengaruhi oleh genetika, penyakit diabetes juga dipengaruhi oleh pola diet
yang dilakukan masing-masing individu. Makanan yang mengandung padia-padian
mengandung indeks glikemik yang lebih tinggi sehingga dapat meningkatkan resiko
terkena diabetes mellitus. Terutama bagi masyarakat yang memiliki DNA
mitokondria T16189C yang tinggi.
“idealnya,
masyarakat Nias tradisional masih mengonsumsi sagu dan tak beralih ke
padi-padian. Dan sagu memiliki nilai indeks glikemik lebih rendah.” Tambahnya
Kecenderungan
ini disebabkan oleh kebijakan pemerintah mengenai ketahanan pangan yang bias ke
beras. Bahkan di beberapa daerah ditemukan bahwa lahan mereka ditanami padi.
Padahal mereka adalah masyarakat yang memakan umbi dan sagu. Daerah yang banyak
diganti untuk menanam padi adalah Halmahera dan Merauke.
Dan
Perubahan itu pun terjadi
Di daerah
Tanimbar, tanaman padi tidak bisa tumbuh dikarenakan kondisi tanah dan iklimnya
jelek. Namun untuk ditanami umbi-umbian malah subur.
Hasil serupa
ditemukan di Kepulauan Kei. Mayoritas masyarakat disana menanam dan mengolah
embal )singkong beracun), petatas, dan sagu sebagai bahan pangan utama. Padi
hanyalah untuk selingat.
Jopi
Tahanten, salah satu warga di Kepulauan Kei mengatakan bahwa tanaman padi tidak
cocok ditanam didaerah ini. tanahnya tidak cocok. Berbeda jika ditanami dengan
umbi-umbian. Oleh karena itu tanaman padi sangat jarang dijumpai.
Itu berlaku
bagi warga yang berusia lanjut. Dimana mereka tidak merantau keluar daerah
tersebut. berbeda dengan kaum muda mereka yang mereka merantau di daerah lain dan
telah terbiasa mengonsumsi beras.
Hal ini akan
berdampak pada obesitas. Mereka yang cenderung makan umbi-umbian dan kemudian
beralih makan nasi, maka resiko obesitas akan jauh lebih tinggi. Dan kita tahu
bahwa obesitas adalah pintu masuk untuk segala jenis penyakit seperti jantung,
diabetes mellitus, dan ginjal.
No comments:
Post a Comment