Pendahuluan
Diabetes
sudah dikenal sejak berabad-abad sebelum masehi. Pada Papyrus Ebers di Mesir
kurang lebih 100 SM, digambarkan adanya penyakit dengna tanda-tanda banyak
kencing. Kemudian Celsus atau Paracelsus ± 30 tahun SM juga menemukan penyakit
itu, tetapi baru 200 tahun kemudian, Aretaeus menyebutnya sebagai penyakit aneh
dan menamai penyakit itu diabetes dari kata diabere yang berarti siphon atau
tabung untuk mengalirkan cairan dari satu tempat ke tempat lain.
Dia
menggambarkan penyakit itu sebagai melelehnya daging dan tungkai ke dalam urin.
Cendikiawan India dan China pada abad 3 sampai dengan 6 Masehi juga menemukan
penyakit ini, malah dengan mengatakan bahwa urin tadi seperti digelimangi madu
dan gula. Oleh karenanya sejak itu nama penyakit tersebut ditambah dengan kata
mellitus (mellitus = madu) yang pada makalah ini dieja menjadi melitus dengan
satu huruf l, sesuai dengan kaidah penerjemahan kata asing yang lazim.
Baca artikel terkait : Apa Itu Diabetes Melitus?
Baca artikel terkait : Apa Itu Diabetes Melitus?
Ibnu
Sina pertama kali melukiskan gangrene diabetic pada tahun 1000. Pada tahun 1889
Von Mehring dan Minkowski mendapatkan gejala diabetes pada anjing yang diambil
pankreasnya. Kemudian akhirnya pada abad 20, tepatnya tahun 1921 dunia
dikejutkan dengan penemuan insulin oleh seorang ahli bedah muda Frederick Grant
banting dan Charles Herbert Best asistennya yang masih mahasiswa saat itu di
Toronto. Untuk penemuan itu pada thaun 1923 hadiah nobel diserahkan kepada
mereka.
Kemudian
pada thaun 1954-1956 ditemukan tablet jenis sulfonylurea yang dapat meningkatkan
kadar insulin. Tahun 1969 ditemukan jenis sulfonylurea generasi kedua yaitu
glibenklamind.
Dengan
ditemukannya berbagai obat yang dapat mengatur kadar glukosa darah, komplikasi
akut menjadi jarang timbul, hingga umur pasien diabetes umumnya jadi lebih panjang. Timbul persoalan baru
yaitu komplikasi jangka panjang yang sebelumnya tidak dikenal.
Definisi Diabetes Melitus
Apakah
Diabetes Itu ?
Jawaban yang
sederhana atas pertanyaan diatas tidak dapat diberikan dengna tepat, tetapi
dapat dikemukakan suatu jawaban yang agak umum yaitu, bahwa diabetes mellitus
adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh
karena adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat penurunan sekresi insulin
yang progresif dilator belakangi oleh resistensi insulin.
Untuk dapat
memahami definisi itu lebih jelas, ada baiknya diterangkan terlebih dahulu apa
yang terjadi pada orang yang tidak menderita diabetes atau normal.
Patofisiologi
Seperti
suatu mesin, badan memerlukan bahan untuk membentuk sel baru dan mengganti sel
yang rusak. Di samping itu badan juga memerlukan energy supaya sel badan dapat
berfungsi dengan baik. Energi pada mesin berasal dari bahan bakar yaitu bensin.
Pada manusia bahan bakar itu berasal dari bahan makanan yang kita makan
sehari-hari, yang terdiri dari karbohidrat (gula dan tepung-tepungan), protein
(asam amino) dan lemak (asam lemak).
Pengolahan
bahan makanan dimulai di mulut kemudian ke lambung dan selanjutnya ke usus. Di
dalam saluran pencernaan itu makanan dipecah menjadi bahan dasar dari makanan
itu. Karbohidrat menjadi glukosa, protein menjadi asam amino dan lemak menjadi
asam lemak. Ketiga zat makanan itu akan diserap oleh usus kemudian masuk ke
dalam pembuluh darah dan diedarkan ke seluruh tubuh untuk dipergunakan oleh
organ-organ di dalam tubuh sebagai bahan bakar. Supaya dapat berfungsi sebagai
bahan bakar, zat makanan itu harus masuk dulu ke dalam sel supaya dapat diolah.
Di dalam sel, zat makanan terutama glukosa dibakar melalui proses kimia yang
rumit, yang hasil akhirnya adalah timbulnya energy. Proses ini disebut
metabolisme. Dalam proses metabolisme itu insulin memegang peran yang sangat
penting yaitu bertugas memasukkan glukosa ke dalam sel, untuk selanjutnya dapat
digunakan sebagai bahan bakar. Insulin ini adalah hormon yang dikeluarkan oleh
sel beta di pankreas.
Dalam
keadaan normal artinya kadar insulin cukup dan sensitive, insulin akan
ditangkap oleh reseptor insulin yang ada pada permukaan sel otot, kemudian
membuka pintu masuk sel hingga glukosa dapat masuk sel untuk kemudian dibakar
menjadi energi / tenaga. Akibatnya kadar glukosa dalam darah normal.
Pada
diabetes dimana didapatkan jumlah insulin yang kurang atau pada keadaan
kualitas insulinnya tidak baik (resistensi insulin), meskipun insulin ada dan
reseptor juga ada, tetapi karena ada kelainan di dalam sel itu sendiri pintu
masuk sel tetap tidak dapat terbuka tetap tertutup hingga glukosa tidak dapat
masuk sel untuk dibakar (dimetabolisme). Akibatnya glukosa tetap berada di luar
sel, hingga kadar glukosa dalam darah meningkat.
Pankreas
Pankreas
adalah sebuah kelenjar yang letaknya di belakang lambung. Di dalamnya terdapat
kumpulan sel yang berbentuk seperti pulau pada peta, karena itu disebut
pulau-pulau Langerhans yang berisi sel beta yang mengelurkan hormon insulin,
yang sangat berperan dalam mengatur kadar glukosa darah. Tiap pankreas
mengandung lebih kurang 100.000 pulau Langerhans dan tuap pulau berisi 100 sel
beta. Di samping sel beta ada juga sel
alfa yang memproduksi glukagon yang bekerja sebaliknya dari insulin yaitu
meningkatkan kadar glukosa darah. Juga ada sel delta yang mengeluarkan
somastostatin.
Kerja
Insulin
Insulin yang
dikeluarkan oleh sel beta tadi dapat diibaratkan sebagai anak kunci yang dapat
membuka pintu masuknya glukosa ke dalam sel, untuk kemudian di dalam sel
glukosa itu dimetabolisasikan menjadi tenaga. Bila insulin tidak ada (DM tipe
1) atau bila insulin itu kerjanya tidak baik seperti dalam keadaan resistensi
insulin (DM tipe 2), maka glukosa tak dapat masuk sel dengan akibat kadarnya di
dalam darah meningkat. Dalam keadaan seperti
ini badan akan jadi lemah karena tidak ada sumber energi di dalam sel.
Baca artikel terkait : Mengapa Tubuh Memerlukan Insulin?
Baca artikel terkait : Mengapa Tubuh Memerlukan Insulin?
Patogenesis Diabetes Melitus Tipe 1
Mengapa
insulin pada Dm tipe 1 tidak ada? Ini disebabkan oleh karena pada jenis iniada
reaksi otoimun. Pada individu yang rentan (susceptible) terhadap diabetes tipe
1, terdapat adanya ICA (islet Cell Antibody) yang meningkat kadarnya oleh
karena beberapa faktor pencetus seperti infeksi virus, diantaranya virus
cocksakie, rubella, CMV, herpes dan lain-lain hingga timbul peradangan pada sel
beta (insulitis) yang akhirnya menyebabkan kerusakan permanen sel beta. Yang
diserang pada insulitis itu hanya sel beta, biasanya sel alfa dan sel dekta
tetap utuh. Pada studi populasi ditemukan adanya hubungan antara DM tipe 1
dengan HLA DR3 dan DR4. Di Jepang DR3 / DRw9 di China DR3 / DRw9.
Pathogenesis Diabetes Melitus Tipe 2
Diabetes
tipe 2 adalah kelainan yang heterogen dengan prevalensi yang sangat bervariasi
diantara kelompok etnis. Di AS populasi yang sangat tinggi prevalensinya adalah
suku bangsa India Pima, keturunan Spanyol dan Asia.
Patogehesis
diabetes mellitus tipe 2 ditandai dengan adanya resistensi insulin perifer,
gangguan “hepatic glucose production (HGP)”, dan penurunan fungsi sel beta,
yang akhirnya akan menuju ke kerusakan total sel beta.
Pada stadium
prediabetes (IFG dan IGT) mula-mula timbul resistensi insulin (disingkat RI)
yang kemudian disusul oleh peningkatan sekresi insulin untuk mengkompensasi RI
itu agar kadar glukosa darah tetap normal. Lama kelamaan sel beta akan tidak
sanggup lagi mengkompensasi RI hingga kadar glukosa darah meningkat dan fungsi
sel beta makin menurun. Saat itulah diagnosis diabetes ditegakkan. Ternyata
penurunan fungsi sel beta itu berlangsung secara progresif sampai akhirnya sama
sekali tidak mampu lagi mengsekresi insulin, suatu keadaan menyerupai diabetes
tipe 1. Kadar glukosa darah makin meningkat.
Dengan
diketahuinya mekanisme seperti itu, ADA (American Diabetes Association) pada
tahun 2008 menyebutkan bahwa “Type 2 diabetes results from a progressive
insulin secretory defect on the background of insulin resistance (ADA 2008)”
Mengapa
fungsi sel beta pada diabetes tipe 2 mengalami penurunan fungsi secara
progresif?
Kalau pada
DM tipe 1 jelas bahwa sel beta mengalami kerusakan karena insulitis, pada DM
tipe 2 penurunan fungsi sel beta disebabkan oleh beberapa faktor seperti yang
dikemukakan oleh DeFronzo pada pidato “Banting Lecture”-nya di San Fransisco
Juni 2008.
Faktor yang
dapat diperbaiki adalah resistensi insulin, glukotoksisitas, lipotoksisitas dan
penimbunan amiloid dan incretin effect. Pada dasarnya pengendalian kadar
glukosa darah yang baik dapat mencegah terjadinya kerusakan sel beta. Faktor
“age” dan “genetic” tentu saja tidak dapat diubah.
Glukotoksisitas
Kadar
glukosa darah yang berlangsung lama akan menyebabkan peningkatan stress
oksidatif, IL-1β dan NF-КB dengan
akibat peningkatan apoptosis sel beta.
Lipotoksisitas
Peningkatan
asam lemak bebas yang berasal dari jaringan adiposa dalam proses liposis akan
mengalami metabolisme non oksidatif menjadi ceramide yang toksik terhadap sel
beta hingga terjadi apoptosis.
Penumpukan
amiloid
Pada keadaa
resistensi insulin kerja insulin dihambat hingga kadar glukosa darah akan
meningkat, karena itu sel beta akan berusaha mengkompensasinya dengan
meningkatkan sekresi insulin, hingga terjadi hiperinsulinemia. Peningkatan
sekresi insulin juga diikuti dengan sekresi amylin dari sel beta yang akan
ditumpuk disekitar sel beta hingga menjadi jaringan amiloid dan akan mendesak
sel beta itu sendiri hingga akhirnya jumlah sel beta dalam pulau Langerhans
jadi berkurang. Pada DM tipe 2 jumlah sel beta berkurang sampai 50-60% dari
normal.
Resistensi
insulin
Penyebab
resistensi insulin pada DM tipe 2 sebenarnya tidak begitu jelas, tetapi
faktor-faktor di bawha ini banyak berperan :
-
Obesitas terutama yang
bersifat sentral (bentuk apel)
-
Diet tinggi lemak dan
rendah karbohidrat
-
Kurang gerak badan
-
Faktor keturunan
(herediter)
Faktor
resistensi insulin ini sebenarnya sudah mencakup ke tiga faktor di atas karena
baik glukotoksisitas, maupun lipotoksisitas dan penumpukan amiloid semuanya
disebabkan oleh resistensi insulin.
Akhir-akhir
ini terutama sejak Reaven mencetuskan ide Syndrom X tahun 1988 timbul banyak
sekali pihak yang mengemukakan apa yang disebut Sindrom Metabolik atau Sindrom
Resistensi Insulin yang pada dasarnya tidak banyak berbeda dengan SIndrom X,
hanya berbeda mengenai mana yang lebih dulu timbul, resistensi lebih dahulu
atau obesitas yang lebih dulu yang menyebabakn sindrom itu, hingga timbul
bermacam-macam definisi Sindrom Metabolik.
Tapi ada yang ambil jalan tengah
atau kompromi dengan tidak melihat yang lebih dahulu timbul tapi menyebutkan
semua faktor resiko terjadinya penyakit kardiovaskular dan diabetes. Ini yang
disebut CMR =Cardio Metabolic Risks, yang mencakup faktor lama seperti
dislipidemi, hiperglikemia, hipertensi dan rokok ditambah dengan faktor yang
baru muncul belakangan ini terutama dengan berkembangnya ilmu biologi molecular,
seperti peningkatan TNF a, IL 1, IL 6, NFkB, adiponektin, CRP, dll.
Efek
inkretin
Inkretin
mempunyai efek langsung terhadap sel beta dengan cara meningkatkan proliferasi
sel beta, meningkatkan sekresi insulin dan mengurangi apoptosis sel beta.
Faktor resiko
diabetes
Sudah lama
diketahui bahwa diabetes merupakan penyakit keturunan. Artinya bila orang
tuanya menderita diebts, anak-anaknya akan menderita diabetes juga. Hal ini
memang benar. Tetapi faktor resiko atau faktor pencetus misalnya, adanya infeksi
virus (pada DM tipe 1), kegemukan, pola makan yang salah, minum obat-obatan
yang bisa menaikkan kadar glukosa darah, proses menua, stress dan lain-lain.
Kesimpulan
Diabetes adalah suatu sindroma yang ditandai
dengan peningkatan kadar glukosa darah disebabkan oleh karena adanya penurunan
sekresi insulin. Pada DM tipe 1 penurunan sekresi itu disebabkan oleh karena
kerusakan sel beta akibat reaksi otoimun sedangkan pada DM tipe 2 penurunan
sekresi itu disebabkan oleh berkurangnya fungsi sel beta yang progresif akibat
glukotoksisitas, lipotoksisitas, tumpukan amilod dan faktor-faktor lain yang
disebabkan oleh resistensi insulin di samping faktor usia dan genetik.Sumber : Buku Penatalaksanaan Diabetes Melitus, Karangan FKUI
No comments:
Post a Comment