Hal Yang Harus Diperhatikan Diabetesi Jika Ingin Minum Jamu Sumber Gambar : personallyacc.wordpress.com |
Kalau kita
mencari informasi bagaimana cara menghilangkan diabetes di internet, pasti kita
akan disuguhi dengan banyaknya informasi yang ada. Namun, sejatinya kita sulit
mengetahui manakah yang benar-benar bisa dipakai atau sebaliknya. Rekomendasi
dari orang terdekat seperti keluarga, sahabat, ataupun rekan tempat kita
bekerja lebih membuat kita nyaman. Dan hal itulah yang akhirnya membuat para
diabetes untuk mencoba herbal dan meninggalkan obatnya.
Hal ini
sangat disayangkan oleh Dr. dr Aris Wibudi, seorang dokter spesialis penyakit
dalam. Menurutnya penggunaan herbal digunakan secara bijak tanpa harus
benar-benar meninggalkan obat yang diberikan oleh dokter.
“Apapun yang
hendak dikonsumsi oleh pasien silahkan, selama tetap kontrol rutin. Pertama,
selalu cek gula darah, kedua bertemu dan berkonsultasi dengan dokter. Karena
bagaimanapun juga mereka lebih ahli. Mereka adalah tenaga medis yang
benar-benar mengetahui ilmunya dan bisa menentukan apa yang terbaik untuk
pasien,” tutur dr Aris.
Dr Aris juga
mengatakan bahwa setiap pasien diabetes hendaknya mempunyai alat pengukur
sehingga dia bisa tahu apakah sudah balance atau tidak.
Tidak bisa
berpatokan, bahwa saya sudah enakan terus menghentikan minum obat. Karena semua
obat yang diberikan sudah sesuai dengan takaran. Yang terpenting adalah, tahu
bagaimana mekanisme kerja suatu obat atau herbal.
Baca Juga : Terapi Diabetes Berbasis Genetika
“Selama kita
mengetahui mekanisme kerja daripada herbal tersebut, maka itu tidak masalah.
Karena setiap herbal mekanisme kerjanya berbeda. Jadi misalkan jika herbal A
disatukan dengan obat A dimana kerjanya sama, maka efeknya tidak baik.
Sebaiknya carilah obat yang berbeda fungsi.” Ujarnya.
Dr aris juga
mengingatkan, bahwa antara dokter dengan herbali harus dapat bekerja sama untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien. Jangan berlawanan karena yang merasakannya
si pasien itu juga. Karena keduanya memiliki ilmu masing-masing, maka juga
harus tahu koridor atau batasan setiap ilmunya.
“Kalau
herbalis tidak pernah belajar mengenai obat, maka jangan mengomentari dokter.
Begitu juga dokter, kalau tidak pernah belajar herbal tidak perlu mengomentari
herbal. Kalau kedua-duanya saling bekerja sama, maka si pasien menjadi tidak
bingung,” ungkapnya.
Beliau
menambahkan bahwa informasi mengenai kesehatan sudah selayaknya diberikan
kepada pasien. “Kalau mau minum jamu silahkan, tapi jangan lebih dari 2 minggu.
Kenapa? Karena gula darah akan cenderung naik dan itu tidak bagus. Dokter
bukanlah penguasa dan pasien bukanlah bawahan sehingga dokter tidak menekankan
harus begini begitu, tidak. Dokter hanya memberikan infomrasi, selebihnya
adalah hak pasien untuk menentukan arah keberhasilan kesembuhannya,”
pungkasnya.
No comments:
Post a Comment