Penderita Diabetes Mudah Terserang Depresi Sumber Gambar : www.ifantastis.com |
Untuk
penderita diabetes harap mewaspadai depresi yang sering timbul. Pasalnya,
mereka yang memiliki penyakit gula darah ini rentan terhadap gangguan kesehatan
jiwa ini.
Menurut dr
Andri Sp. KJ, psikiater dari RS Omni Alam Sutera Tangerang, mengatakan walaupun
diabetes tidak memiliki hubungan kausalitas, penyakit ini paling sering
dihubungkan dengan depresi. Angka depresi yang dialami oleh para penderita
diabetes mencapai sekitar 18-31%. Angka tersebut cukup banyak dibandingkan
dengan penderita depresi pada populasi normal lainnya yang berkisar pada angka
11-15%.
Di Pekan
Ilmiah Dokter 2013 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
(Ukrida) di Jakarta, dr Andri menjelaskan bahwa penyakit diabetes dapat
mempengaruhi keseimbangan sistem monoamine di otak. Dimana sistem ini yang
mengatur kerja neurotransmitter di otak yang bernama bopamin, serotonin dan
norephinephrine.
Ketidakseimbangan
antara serotonin dalam otak inilah yang dapat membuat pasien diabetes rentan
terkena depresi. Hal ini cenderung terjadi pada pasien diabetes dengan tipe 1
karena tubuhnya tidak bisa lagi memproduksi insulin.
Baca Artikel Terkait : Mengapa Tubuh Memerlukan Insulin?
“Peluang
pasien diabetes terkena depresi akan menjadi lebih besar. Namun, hal ini juga
berhubungan dengan kondisi psikososial penderita,” katanya.
Jika kondisi
mental pasien diabetes baik, maka kemungkinan terkena depresi akan kecil.
Pasien yang sudah terkena diabetes sejak kecil atau usia anak-anak mungkin akan
lebih kuat terhadap depresi karena mereka
sudah terbiasa dengan kondisi tersebut. Berbeda dengan orang dewasa yang
terkena diabetes. Mereka akan rentan terkena depresi karena membutuhkan proses
adaptasi yang lama.
Kenyataan
bahwa harus mengonsumsi obat sepanjang hidup membuat sebagian pasien diabetes
mengalami depresi. Padahal depresi yang dialami mereka dapat mempengaruhi pengobatan yang dijalankan dan akan sulit
juga mengubah pola hidupnya. Para pasien diabetes yang mengalami depresi
cenderung tidak antusias untuk pengobatan, akibatnya kemajuan pengobatannya
berjalan dengan lambat.
Dr Andri
menyatakan bahwa pasien diabetes dapat memperoleh resep antidepresan.
Penggunaan obat ini tidak berbahaya bagi penderita diabetes. Ada 2 teori yang
menjelaskan bagaimana obat ini dapat bekerja di masing-masing pasien. Teori
pertama, yaitu antidepresan akan membantu menekan depresi yang timbul pada
pasien sehingga pasien dapat mengikuti proses pengobtan dan menjalani perbaikan
gaya hidup.
Teori kedua,
obat anti depresan membantu proses biologis orak dalam mengendalikan kadar
HbA1c dalam darah. Dimana HbA1c adalah zat yang terbentuk dari reaski kimia
antara glukosa dan hemoglobin. Kadar HbA1c ini sendiri dapat dijadikan sebagai
bahan informasi terkait seberapa tingginya kadar glukosa dalam darah untuk jangka
waktu tertentu.
Untuk
pengobatan depresi juga harus diikuti dengan psikoterapi juga. Penggunaan
psikoterapi dan psikofarmaka dapat meningkatkan kemungkinan pasien diabetes
untuk bebas dari depresi sebesar 60-70%. Sementara penggunaan placebo hanya
memberikan hasil sebesar 30% saja. Psikoterapi akan membantu memperbaiki
pemahaman pasien dalam menerima kondisi yang ia derita.
“Psikiater
tentunya harus tahu dulu bagaimana sejarah penyakit yang diderita oleh pasien.
Tentu setiap pasien memiliki sejarah penyakit yang berbeda-beda. Selanjutnya,
dapat dibicarakan bersama mengenai proses penyembuhan depresi,” imbuh dr Andri.
Banyaknya
informasi yang beredar mengenai diabetes tidak jarang membuat para penderita
merasa kebingungan. Misalnya, informasi pengobatan alternatif yang menjanjikan
kesembuhan atau efek merugikan bisa
mengonsumsi antidepresan.
Baca Juga : Apakah Shock Berat Dapat Menyebabkan Diabetes?
“info
seperti itu kerap membuat bingung mereka dan akhirnya depresi. Padahal diabetes
tidak mungkin bebas dari obat selama mereka mampu mengontrol pola hidupnya. Pada
situasi seperti ini psikiater hendaknya berbicara kepada pasien dan lingkungan
terdekatnya untuk menyamakan presepsi atau pemahaman,” tandas dr Andri yang
menekankan pentingnya member dukungan dan penyampaian informasi yang benar
kepada pasien.
No comments:
Post a Comment